Sunday, March 22, 2009

Band

Tadi saya ke MAG, lihat performance band gitu.. Jadi kangen pelayanan di Bogor.. T3T
Tapi kalau ditinjau dari segi keduniawian saya sih, saya agak kecewa sama setiap "training" dan "workshop" yang diadakan oleh gereja.. Semua tentang harmoni gini, harmoni gitu.. Emangnya halte busway?!

Tapi ada juga sih yang bener dari workshop itu.. Seperti kalo ngisi jangan penuh2.. (Hahaha.. tiada maksud menyindir, pak! cuman agak menyinggung.) Bagi-bagi bagian, jangan cuman mau kebagian diri sendiri. Like that. Betul2 ada q ilmu yang didapatkan!

Music is all about fun! Kalo emang rapi tapi nggak menyenangkan lagi, ah kagak mau juga..
Then they said, "kalo orang yang di depan kalian (jemaat) ajah nggak merasa terganggu, bagaimana bisa memberkati mereka?"

Then I thought, "gimana kalo seandainya saya yang jadi jemaat? Saya nggak akan merasa diberkati dengan lagu-lagu 'caleuy'. Saya merasa senang pada musik yang keras. Dan kalo misalkan pelayan minggu depannya nyanyiin lagu-lagu keras, saya akan merasa senang. Tapi kalo misalkan di sebelah saya itu seorang jemaat bernama JuL, yang menyukai Jazz, bukankah dia akan merasa terganggu dengan musik keras tersebut?

Then TM said, "jangan main (musik ataupun nyanyi) cuman buat diri sendiri! Kita ini harus memberkati jemaat!"
Then I said, "kalo misalkan pelayan ajah nggak merasa terberkati, gimana bisa transfer berkat ke jemaat? Seperti beberapa kali, TM suruh saya membawakan suatu lagu tertentu, yang sudah pasti memberkati dia--makanya nyuruh dinyanyiin di gereja--, namun saya merasa tidak diberkati ketika melantunkan lagu tersebut."


Tiba-tiba teringat tentang protesan, "youth kebanyakan lagu bahasa inggris!"
Well, saya akuin, saya minta maaf, saya dan Saron terlalu memaksakan ego PS kami. Kami juga udah mau merangkul TW sebagai partner kami (cyailah, emangnya TW-nya mau dirangkul kita?) sebagai supplier lagu-lagu bahasa Indonesia.
Cuman yang akan jadi permasalahan di sini ialah terdengarnya sebuah alasan yang berbunyi, bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Eh salah. Maksudnya, "kalo nyanyi pake bahasa Indonesia, rasanya lebih 'gimana gitu' (dalam arti positif)"

Wait a minute!
Choto matte!
Kenapa kalo saya denger lagu bahasa inggris malah lebih kerasa 'gimana gitu' (dalam arti positif). Justru kalo denger lagu-lagu Indonesia tertentu, malah agak terasa getek (getek = geli, bukan rakit). Hahaha.
Ya, kagak bisa dunkz kalo protes pake yang subjektif gitu.
Yap! Saya terima alasan "nggak semua orang jago bahasa inggris khan?"
Itu alasan yang bagus, dan sekali lagi, kami minta maaf.. Gomenasai..

Well, smua yang di atas iitu semua cuman ego saya. Yupz, tulisan ini sangatlah subjektif dan egosentris. Tapi ya inilah yang ada di perasaan saya.
Saya juga nggak dengan ini membela diri, membetulkan selera musik saya sendiri. Atau bilang kalo MDC itu harus jadi gereja metal. (tapi kalo beneran terjadi sih alhamdulilah juga.. wakakakaka.. :-p ampun tante, tiada maksud apa2.. hahaha..)

Jadi menurut saya, musik yang "mengganggu" itu semua tentang selera ajah..
Saya jadi teringat video tentang worship yang ada tulisannya kira-kira begini:

"Penyembahan. Ketika pelayan menyanyikan lagu yang kita sukai, kita akan bersemangat dan berkata, "penyembahan kali ini naik deh!" Namun sebaliknya, kalo lagunya lagu yang tidak kita kenal, atau bahkan yang tidak kita sukai, kita akan menguap dan berkata, "hadirat Tuhan tidak ada di sini.""

Kalo gitu, pelayanan musik itu tentang apa sih?

Well, tapi saya betul-betul menyadari bahwa pelayanan adalah anugerah. Dan selama saya ingin melayani di situ, saya benar-benar sadar bahwa saya harus menaati otoritas di atas saya.

Memang pelayanan itu harus meninggalkan ego sendiri khan?
^^

No comments:

Post a Comment